1.
Saling berlawanan
Agama
dan kesehatan potensi muncul sebagai dua bidang kehidupan yang saling
berlawanan atau setidaknya tema kesehatan tersebut menjadi wacana pro kontra.
misalnya mengenai terapi dengan menggunakan urine (khususnya Islam), pengobatan
dengan hal yang memabukkan atau pencegahan HIV/AIDS melalui kondom
2.
Saling mendukung
Agama
dan ilmu pengetahuan kesehatan memiliki potensi saling mmendukung. Orang yang
akan melaksanakan ibadah haji (Islam) membutuhkan Tenaga medis untuk melakukan
general check up supaya supaya kegiatan ditanah suci dapat berjalan dengan
baik. Contoh yang lain adalah pausadan diet dapat merupakan salah satu terapi
yang telah diakui oleh kalangan medis yang sangat membantu dalam hal kesehatan.
3.
Saling melengkapi
Yaitu
adanya peran agama yang saling melengkapi dan mengoreksi praktek kesehatan atau
ilmu kesehatan yang mengoreksi praktek keagamaan. Dengan adanya saling koreksi
itu menyebabkan praktek kesehatan dapat dibangun lebih baik lagi. Islam memberikan
ajaran bahwa dengan buasa akan lebih baik dengan cara makan dengan yang
manis-manis adalah untuk mengembalikan/ memulihkan kondisi tubuh sehingga tidak
kaget jika menerima asupan yang lebih banyak.
Dalam
dunia medis modern, masalah kesehatan lebih banyak dianggap bersifat masalah
jasmaniah belaka. Padahal kenyataannya masalah sakit dan sehat manusia
dipengaruhi pada psikis individu tersebut. Oleh karena itu agama memberikan
tambahan perspektif mengenai sakit dan sehat manusia.
Fungsi
agama bagi kesehatan
1.
Sumber moral
Agama
memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan moral bagi pasien
dalam proses penyembuhan maupun tenaga kesehatan. Mislanya, bagi seorang yang
beragama, sehat atau sakit merupakan bagian dari”perilaku Tuhan” bagi hambanya
dan sakit adalah karena takdir tuhan, serta hanaya Tuhan jugalah yang memiliki
kemampuan menyembuhkkan. Dengan keyakinan yang seperti ini, seorang pasien
dapat memiliki semangat hidup yang lebih baik, optimis. Bagi orang yang beragama
mereka memegang keyakinan bahawa perlakuan Tuhan sesuai dengan persangkaan manusia kepadan-Nya.
Agama
menjadi sumber sugesti dan motivasi yang kuat dari dalam diri pasien untuk
hidup secara positif. Filsuf Roma, Eficetus mengatakan “manusia tidak terganggu
oleh benda, melainkan oleh pendapatnya tentang benda-benda.
Selain
menjadi motivasi, ajaran agama pun menajdi bagian dari sumber etika bagi
penyelenggara layanan kesehatan. Buddhime mengajarkan prinsip hidup bahwa
kebenaran itu ada dalam pikiran yang sehat. Seorang dapat memabngun kaulitas
hidup yang sehat. Sedangkan kelompok zan Budhis memberikan keterangan bahwa
upaya pembangunan kualitas hidup yang sehat itu, perlu dimulai dengan upaya
pencerahan diri sehingga dapat mempersiapkan diri untuk nilai-nilai hidup yang
berkualitas.
2.
Sumber keilmuan
Sejalan
dengan agama sebagai sumber moral, agama pun dapt berperan sebagai sumber
keilmuan bagi bidang kesehatan. Konseptualisasi dan pengembangan ilmu kesehatan
atau kedokteran yang bersumber dari agama, dapat kita sebut kesehatan profetik,
dalam konteks Islam disebut dengan ilmu kesehatan Islami atau kedokteran
Islami.
Dalam
konteks islam, Al-Quran dan hadits merupakan sumber inspirasi pengembangan ilmu
kesehatan mental (mental health). Dalam uraian Zakaria Drajat mengemukakan
bahwa terapi terhadap penyakit jiwa disertai (terapi) kepercayaan agama yang
dianutnya berhasil berhasil disembukan lebih cepat dan lebih baik dari pada
penyalit jiwa yang diterapkan dengan menggunakan metode modern saja.
Agama
pun menjadi sumber indformasi untuk pengembangan ilmu kesehatan gizi (nutrisi)
atau farmakoterapi herbal. Dalam islam menyatakan bahwa makanan itu harus halal
(thayyib). Halal artinya secara psikis
dan social (misalnya buskn hasi mencuri) dan thayyib artinya sehat
secara gizi, untuk kalangan hindu, etelah melihat efek negative makanan instan
di era modern ini, ada satu gerakan untuk kembali kea lam (back to nature) dan
salah satu di antara bentuk gerakan ini yaitu menumbuk kembangkan gaya hidup
vegetarian.
3.
Amal agama sebagai amal kesehatan
Seiring
dengan pemikiran yang dikemukakan sebelunya, bahwa pola piker yang dianut dalam
wacana ini adalah all for health, yaitu sebauh pemikiran bahwa berbagai hal
yang dilakukan individu mulai dari bangun tidur, makan, kerja, rehat sore,
sampai bangun tidur, bahkan selama tidur
sekalipun memiliki implikasi dan konstribusi nyata terhadap kesehatan. Puasa dan
shalat dalam islam merupakan contoh amal agama yang relevansi dengan kesehatan
jasmaniah, sedangkan penekan pada hukum makanan yang halal dan bersih juga,
fisik yang bersih berkaitan dengan kesehatan. Sementara pembiasaan berpikir
positif merupakan bagian dari upaya membangun jiwa yang sehat.
Kemiskinan
dan kesehatan jiwa
1.
Masyarakat kita khusunya para pelaku
mengalami atau menjalani mal- adjustment artinya para pealaku melakukan
tindakan salah karena tekana hidup. Ketidak mampuan masyarakat dalam mencari
dan menemukan cara pemecahan maslah merupakan penyebab dasar adanya kesalahan
arah masyarakat dalam penyesuaian hidup. Masuk akal bila seorang penjual bakso
menggunakan boraks atau penjaul tahu menggunakan formalin bahwa apa yang mereka
lakukan adalah akibat reaksi tingginya bahan dasar untuk dagangan mereka,
karena mereka tidak mampu membeli bahan yang baik sedangkan mereka harus
berjualan untuk memenuhi kebutuhan tuntutan hidup. Artinya karena tekanan social
dan tuntutan kebutuhan yang tinggi, maka kreatifitas akan berkembang, hanya
arah penyesuaian dan kreatifitas yang dikembangkan tidak sesuai dengan kaidah
agama dan kesehatan.
2.
Muncul dan berkembangnya praktek bisnis
yang kurang terpuji dan ini merupakan sebauh indikasi rendahnya need for health
masyarakat. Kebutuhan dan motivasi hidup
sehat ternyata sangat rendah ini karena kurang mampu. Sekedar contoh bahwa
masyarakat kita sangat rendah dalam
motivasi kesehatan adalah budaya merokok, buang sampah sembarangan, narkoba dan
kurangnya tanggung jawab para pelaku bisnis makanan terhadap apa dampak makanan
yang dikonsumsi masyarakat, yang penting mereka mendapatkan keuntungan yang
besar tanpa mempertimbangkan rasa kemanusiaan.
Sumber :
Dra.Hj. A. Ida
Andalia., M.Si (sosiologi kesehatan)
Komentar
Posting Komentar